Meneladani Nabi Muhammad SAW Sebagai Konselor Sejati
Pada hakikatnya konseling bertujuan untuk membantu dan membawa setiap klien kepada jalan kemandirian, dengan artian seseorang mampu menghadapi sebuah permasalahan yang tengah dihadapinya. Di samping itu, proses konseling yang dilakukan menggunakan cara-cara tertentu yang menjadikan hubungan antara konselor dengan kliennya dapat sama-sama menjalin kepercayaan dalam berbicara, menyampaikan keluh kesah dan sebagainya, sehingga klien sendiri pada akhirnya mampu menemukan jalan keluar atau solusi dari permasalahan yang dialaminya. Dengan kata lain, tujuan dari konseling yakni agar klien tersebut setelah mendapatkan pelayanan konseling, diharapkan ia dapat menghindari masalah yang datang dalam hidupnya, memperoleh pemahaman diri dan lingkungannya, dapat melakukan pemeliharaan dan pengembangan terhadap kondisi dirinya yang sudah baik agar tetap menjadi baik dan dapat juga melakukan pembelaan diri ke arah pencapaian semua hak-haknya sebagai manusia.
Nabi Muhammad SAW dikatakan sebagai seorang pemimpin yang istimewa dan mempunyai kepribadian yang mulia. Nabi Muhammad SAW merupakan sosok yang sangat bijak dalam menjalani kehidupan sosialnya, beliau senantiasa menghargai orang-orang di sekitarnya. Dan ini tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia ke arah kebaikan yang hakiki, dan seorang Nabi adalah sosok yang sangat mumpuni dalam memecahkan suatu permasalahan yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia terhindar dari tipu daya Syaitan.
وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ ۗ قُلْ إِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ أَنَاب
“Berkata orang-orang tiada beriman”. Mengapa tiada diturunkan kepadaNya (Muhammad) sebuah mukjizat dari TuhanNya?” Jawablah : “Allah SWT membiarkan sesat siapa yang Ia kehendaki, dan membimbing orang yang bertobat kepada-Nya.” (Ar-Ra’d :27)
Dari ayat ini dapat kita pahami bahwa ada jiwa yang menjadi fasik dan ada pula jiwa yang menjadi taqwa dan ayat ini juga menunjukkan agar seorang manusia selalu mendidik diri sendiri maupun mendidik orang lain, dengan kata lain membimbing ke arah dimana seseorang itu akan menjadi baik ataupun menjadi buruk. Nabi Muhammad SAW menyuruh manusia untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama Islam, walaupun sedikit ayat atau ilmu saja yang dipahami oleh manusia tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasihat agama itu ibarat guidance (bimbingan). Allah SWT menunjukkan adanya bimbingan, nasihat atau petunjuk bagi manusia yang beriman.
Dari sini, pelaksanaan bimbingan konseling dalam pandangan Islam, konselor harus memiliki prinsip, sehingga pelaksanaan bimbingan dan konseling tentu akan mengarahkan klien ke arah yang benar. Dan konselor harus memiliki tujuan yang jelas untuk menuju kesuksesan bimbingan dan konseling. Dan kita mengambil 3 dari Rukun Islam yang menjadi pedoman kita yaitu, Pertama, memiliki pernyataan misi yang jelas yakni “Dua Kalimat Syahadat”. Kedua, memiliki sebuah karakter sekaligus simbol kehidupan yakni “Sholat lima waktu”. Ketiga, memiliki kemampuan dalam mengendalikan diri dengan dilatih yang disimbolkan dengan “Puasa”.
Seorang konselor dengan mengamalkan prinsip tersebut akan menghasilkan dan menciptakan kecerdasan emosi, spiritual atau akhlak dan perilaku yang baik (Akhlakul Karimah).
Sebagai contoh, seperti bimbingan dan nasihat yang dilakukan oleh Rasulullah kepada sahabat dalam layanan konseling, seorang konselor haruslah bersungguh-sungguh, ikhlas, sabar, peka terhadap sikap dan reaksi, benar-benar respect terhadap orang lain, dapat dipercaya, tidak mudah lari dari masalah dan lemah lembut dan bijaksana dalam mengambil keputusan karena sesungguhnya keseriusan dan kesadaran sangat diperlukan dalam proses konseling.
Dalam suatu riwayat Hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Umamah yang artinya: Seorang pemuda yang mendatangi Rasulullah dan bertanya secara lantang di hadapan para sahabat: Wahai Rasulullah, apakah engkau dapat mengizinkan saya untuk berzina? Mendengar pertanyaan yang tidak sopan itu para sahabat berebut dan mau memukulinya, Nabi segera melarang dan memanggil, bawalah pemuda itu dekat-dekat kepadaku. Setelah pemuda itu duduk di dekat Rasulullah, Rasulullah bertanya kepada pemuda itu. Bagaimana jika ada orang yang akan menzinahi ibumu? Pemuda itu menjawab, demi Allah saya tidak akan membiarkannya. Bagaimana terhadap anak perempuanmu? Pemuda itu menjawab, tidak juga ya Rasulullah, demi Allah saya tidak akan membiarkannya. Nabi melanjutkan, bagaimana jika terhadap saudara perempuanmu? Tidak juga ya Rasul, saya tidak akan membiarkannya. Nabi meneruskan, begitu juga orang tidak akan membiarkan putrinya atau saudara perempuannya atau bibinya dizinahi. Nabi kemudian meletakkan tangannya kepada pemuda itu sambil berdo’a: Ya Allah bersihkanlah hati pemuda ini, ampunilah dosanya dan jagalah kematiannya.
Dari hadist di atas terlihat bahwa Rasulullah sebagai konselor atau pemberi nasehat, arahan dan bimbingan yang penuh lemah lembut dan penuh kesungguhan. Dan begitulah kiranya kita sebagai seorang guru pelajaran ataupun guru BK di sekolah, marilah senantiasa memperlakukan siswa kita dengan penuh kelembutan, dan mendekatinya dengan penuh perhatian. Karena mau bagaimanapun sisi setiap manusia pasti lebih menyukai ketika diperlakukan dengan kelembutan dan penuh kasih sayang. Semoga Allah SWT senantiasa menjaga kita dalam kebaikan, dan senantiasa memberikan kita petunjuk ketika kita mulai hilang arah dari tujuan. Aamiin.