Menyatu dengan Alam dan Menguatkan Jiwa: Rihlah Tarbawiyah Ilmiah Santri ICBS ke Alahan Panjang

Hamparan hijau Alahan Panjang pagi itu menyambut ratusan santri ICBS dengan udara yang sejuk dan pemandangan yang luas membentang hingga ke tepian Danau Atas. Di sinilah kegiatan Rihlah Tarbawiyah Ilmiah dilaksanakan — sebuah perjalanan pembinaan yang memadukan rekreasi, tadabbur alam, kajian, dan muhasabah yang mendalam.

Kegiatan ini tidak hanya bertujuan memberikan penyegaran, tetapi menjadi sarana pendidikan jiwa. Ustadz Ihsan Khairan, B.Sh., M.Pd., selaku Ketua Penyelenggara Kegiatan, menjelaskan bahwa rihlah ini dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih luas, sekaligus memperkuat kesadaran spiritual santri. Beliau menuturkan bahwa rihlah ini “bukan sekadar rekreasi, tetapi momentum untuk tadabbur, muhasabah, dan menyadarkan kembali hubungan kita dengan Allah. Santri perlu keluar dari rutinitas agar dapat melihat dirinya dengan lebih jernih.”
Rihlah ini juga selaras dengan visi ICBS: “Mewujudkan Generasi yang Cerdas, Islami, Mandiri, dan Berprestasi.” Menurut Ustadz Ihsan, kecerdasan yang dimaksud tidak hanya di ruang kelas, tetapi juga kecerdasan emosional dan spiritual. “Melalui alam, santri belajar syukur. Melalui kebersamaan, santri belajar berakhlak. Melalui muhasabah, santri belajar mengenal diri,” ujar beliau.
Berbagai rangkaian kegiatan disusun dalam rihlah ini:
• Tadabbur alam dan refleksi diri
• Kajian dan diskusi keislaman
• Taujihad & muhasabah malam
• Kegiatan rekreasi seperti jetski, ATV, dan barbeque di Danau Atas

Momen paling menyentuh terjadi ketika muhasabah malam berlangsung. Dalam suasana hening, banyak santri yang menitikkan air mata ketika menyadari bahwa masih banyak hal yang harus diperbaiki — baik dalam ibadah maupun akhlak. Menurut Ustadz Ihsan, “Ketika santri menangis karena sadar, itulah tanda bahwa Allah sedang membuka pintu hidayah bagi mereka.”
Salah satu peserta rihlah, Hidayatul Husnah Daulay, santri kelas 9 yang berasal dari Mandailing Natal, Manambin Sumatera Utara, merasakan pengalaman yang sangat berkesan. Ia menuturkan bahwa kegiatan ini bukan hanya menyenangkan, tetapi juga mempererat kebersamaan. Ia berkata bahwa momen camping bersama teman-teman membuatnya merasa lebih dekat dan saling memahami satu sama lain. Ia juga merasa rihlah ini memberinya dorongan untuk menjadi lebih disiplin, lebih rajin mengikuti program pembinaan, dan lebih sering merenungi diri. Ia pulang dengan tekad yang kuat untuk lebih bersemangat menjalani kegiatan asrama dan menjadi anak yang berbakti kepada orang tua.

Rihlah ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya terjadi dalam ruang kelas dan buku pelajaran.
Ada waktu di mana jiwa perlu diistirahatkan, hati perlu dibersihkan, dan diri perlu diajak kembali dekat kepada Allah. Santri kembali ke asrama dengan hati yang lebih tenang, kepala yang lebih jernih, dan tekad yang lebih kuat untuk melanjutkan perjalanan sebagai generasi cerdas, Islami, mandiri, dan berprestasi — sebagaimana visi besar ICBS.
