Menjadi Lebih Taat dan Mandiri: Cerita Santri ICBS Selama Birrul Walidayn Tengah Semester Ganjil di Rumah

Bagi santri ICBS, liburan bukan sekadar waktu untuk beristirahat. Di balik masa pulang ke rumah yang dikenal sebagai Birrul Walidayn (BW), tersimpan makna mendalam: mengamalkan ilmu, berbakti kepada orang tua, dan membuktikan hasil pendidikan karakter selama di pondok.
Selama BW, para santri kembali ke rumah masing-masing dengan membawa misi untuk tetap menjaga adab, disiplin ibadah, serta mengimplementasikan ilmu yang sudah didapat di ICBS. Tak hanya itu, mereka juga melaksanakan program Goes To School (GTS), yaitu memperkenalkan program-program unggulan ICBS ke sekolah asal atau lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

Bagi Alva Rizza Ismail, santri kelas XII yang berasal dari Yogyakarta, masa BW kali ini terasa penuh makna. “Selama liburan ini ana banyak menghabiskan waktu buat privat untuk persiapan TKA ( Tes Kemampuan Akademik) dan UTBK ( Ujian Tulis Berstandar Komputer). Selain itu, ana juga ikut magang sama orang tua,” ujarnya. Di tengah kesibukannya, Alva tetap menjaga kebiasaan baik yang telah terbentuk di pondok. “Selalu bangun subuh, mengaji tiap habis subuh dan magrib, selalu laporan jika pergi, dan tidak membantah orang tua,” tambahnya. Karakter semacam itu membuat orang tuanya senang dan bersyukur melihat hasil pendidikan di ICBS yang mulai tertanam dalam keseharian anak.
Sang adik, Uwais Faiz Ismail, kelas X, punya cerita serupa. Kesehariannya diisi dengan aktivitas yang bermanfaat dan seimbang antara belajar, ibadah, dan hiburan. “Selama liburan, saya bantu-bantu beberes rumah, belajar dan les privat empat jam per hari. Tidak lupa di sela-selanya mengaji, berpuasa Kamis, dan ibadah sunnah seperti salat Dhuha. Waktu kosong biasanya saya isi dengan menonton film, bernyanyi, jalan-jalan, atau bermain game,” ceritanya.
Meski santai, Uwais tetap berusaha menjaga adab di rumah. “Saya berusaha menjaga etika terhadap orang tua dan menaati segala perintahnya tanpa membantah serta selalu mendengarkan nasihat mereka,” ujarnya. Usahanya itu membawa kebanggaan tersendiri bagi keluarga. “Orang tua saya cukup bangga. Yang biasanya susah dibangunkan untuk salat Subuh, kini insyaAllah tidak. Bahkan sekarang saya shalat bukan karena diperintah, tapi atas kesadaran sendiri,” katanya.
Uwais memperkenalkan ICBS kepada keluarga besar. “Saya memperkenalkan ICBS kepada saudara-saudara dan mendapat respon yang cukup baik dari mereka,” ujarnya. Dari pengalaman ini, Uwais merasa banyak belajar. “Kesan saya selama BW ini menyenangkan karena bisa memanfaatkan waktu dengan lebih baik dan mempererat silaturahmi dengan keluarga.” tambahnya.

Dari Mandailing Natal, Adly Bil Faqih membawa kisah serupa tentang kedisiplinan dan semangat berbagi ilmu. “Selama di rumah, saya membantu pekerjaan orang tua seperti menyapu, mencuci piring, mencuci baju, dan lain-lain,” tuturnya. Tak hanya itu, Adly juga menebar manfaat lewat ilmu yang ia dapat di pondok. “Saya mengajari adik tentang ilmu tajwid dan mengajarkan cara beradab kepada orang yang lebih tua serta menghargai orang tua,” lanjutnya.
Menurut Adly, kegiatan BW ini membuat dirinya lebih dewasa dan mandiri. “Sangat baik, karena saya jadi lebih mandiri dari sebelumnya. Saya bisa membantu pekerjaan rumah dan mencuci pakaian sendiri,” ujarnya. Ia juga menjalankan program Goes To School dengan penuh semangat. “Yang pertama saya meminta izin kepada kepala sekolah, lalu menyapa dan menyalami guru lama. Setelah itu, saya ke kelas enam, memperkenalkan diri, dan menjelaskan tujuan saya datang, yaitu memperkenalkan program-program unggulan ICBS ke sekolah sekaligus bersilaturahmi,” katanya. Dari pengalaman itu, Adly mengaku mendapat banyak pelajaran berharga. “Saya jadi lebih berani dan percaya diri dari sebelumnya, juga sudah berani tampil di depan umum,” tambahnya.
Program Birrul Walidayn dan Goes To School menjadi bukti bahwa ICBS tidak hanya menanamkan kecerdasan akademik, tapi juga karakter adab dan tanggung jawab. Melalui masa liburan yang bermakna ini, santri belajar mempraktikkan nilai-nilai keislaman di lingkungan keluarga dan masyarakat, membawa nama ICBS bukan hanya di ruang kelas, tapi juga di kehidupan nyata.

 
						 
						 
						