Yakinlah Kekuatan Alam Bawah Sadar Itu Nyata !
Allah SWT menciptakan manusia di atas bumi agar menyembah dan bertakwa kepada-Nya, salah satu bentuk takwa yang Allah amanahkan di pundak manusia ialah menjaga alam semesta dan seisinya. Tentu, hal tersebut tidaklah ringan. Harus ada upaya dan ikhtiar untuk mengemban anamah besar tersebut. Bukankah Allah menciptakan pikiran dan akal pada manusia, maka sudah seharusnya manusia berpikir secara logis agar amanah yang amat berat ini mampu dijalankan sesuai dengan kridornya.
Berbicara tentang sebuah amanah, berarti sama halnya berbicara tentang bagaimana tanggungjawab manusia terhadap tuhannya. Seperti diciptakannya Nabi Adam AS, sebagai nabi pertama di muka bumi yang telah menarik perhatian kita. Seketika banyaknya permasalahan dan amanah besar yang harus diselesaikan oleh beliau dan para anbiya (nabi-nabi) lainya, sehingga mereka tetap harus menjaga keutuhan berpikir dalam menegakkan tauhid kepada Allah SWT. Tidak jauh berbeda dengan amanah yang dipikul Nabi Muhammad SAW dalam menegakkan tauhid dan membina masyarakat di kota Mekkah. Rasulullah harus menghadapi berbagai tantangan dalam dakwak beliau di tengah masyarakat Arab yang masa itu berada di fase terendah sebuah peradaban, yang dikenal dengan zaman jahiliyyah.
Begitu banyak pressure yang diberikan oleh masyarakat Arab ketika itu, tetapi Nabi Muhammad SAW terus mengedepankan positive thinking dan selalu meminta pertolongan kepada Allah SWT, hal ini dikarenakan beban berat yang dipikulnya menjadi tantangan untuk merubah peradaban jahiliyah kepada peradaban yang berakhlakul karimah. Sebagaimana yang terdapat dalam hadist yang diriwayatkan Al-Baihaqi :
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).
Kekuatan do’a atau permohonan alam bawah sadar ini sama halnya dengan anak panah yang melesat tepat pada sasarannya. Oleh sebab itu, keinginan yang sedang diikhtiarkan harus disandingkan kepada Allah sehingga akan adanya kelapangan hati menerima takdir yang telah ditetapkan. Demikian pula untuk meraih kesuksesan, harus ada ikhtiar dan pikiran yang positif terhadap apa yang sedang diusahakan. Hal ini senada dengan pendapat Carol S. Dweck dalam Bukunya Mindset (The New Psychology Of Success), yaitu : “Bahwa kesuksesan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan dan bakat, tetapi juga oleh pola pikir kita.” Demikian pula pendapat beliau dalam dalam karyanya yang lain Mindset : Changing the Way You Think to Fulfil Your Potential, mengungkapkan mindset itu terbagi dua, yaitu: Fixed Mindset (pola pikir tetap) dan Growth Mindset (pola pikir berkembang).
Sebagaimana yang telah disinggung dalam hadist qudsi yang diriwayatkan oleh muttafaqun ‘alaih :
Artinya: “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih).
Berdasarkan pengalaman saya ketika masih studi S1 di Sekolah Tinggi Agama Islam Pengembangan Ilmu al-Qur’an Sumatera Barat (STAI-PIQ SUMBAR), dimulai pada semester 4 pada tahun 2018 mulai membuat sebuah Goal (impian) selama berada di bangku perkuliahan. Ketika itu ber-azzam dipikiran dan dihujamkan ke dalam hati bahwasanya “Sebelum saya tamat dari bangku perkuliahan, saya wajib mencoba menjadi seorang delegasi internasional ke luar negeri kemanapun negaranya, yang penting keluar Negeri.” Impian itu terus saya ulang-ulangi setiap ingin pergi kuliah, hampir selalu saya ulangi terus ke dalam alam bawah sadar saya. Tepat, pada bulan November Tahun 2019, Allah izinkan saya mengikuti agenda International Youth Leader Summit 2019 dengan agenda di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), sungguh pengalaman yang tak terlupakan selama 10 Hari dibiayai oleh sponsor bisa mengikuti kegiatan internasional itu.
Oleh sebab itu, siapa pun hari ini yang sedang melakukan ikhtiar untuk menggapai ridho Allah SWT, baik itu mencari rezeki, ilmu, dan permohonan lainya. Maka, tetaplah mempunyai pola pikir yang berkembang. Karenanya, kita akan selalu merasa kurang dan tetap haus dengan ilmu dan pengalaman. Sehingga, kita tidak cepat merasa puas dengan ilmu yang hari ini kita miliki. Akhir dari usaha yang sudah diikhtiarkan adalah menyerahkan diri atau bertawakal kepada Allah SWT dengan selalu mengedepankan positive thingking di setiap apapun yang telah diusahakan.