Bersabar Akan Perubahan
Periode awal datang ke Kota Payakumbuh 4 tahun lalu setelah saya menyelesaikan studi di Kota Medan, tanah kelahiran saya, dengan bermodalkan pengalaman bekerja di salah satu sekolah Islam Terpadu di Medan kala itu, saya berharap mampu memberikan warna baru bagi ICBS Payakumbuh untuk terus tumbuh dan berkembang. Saya bergabung di ICBS melalui proses Professional Hire oleh salah satu Direktur Program ICBS kala itu. Pada satu sisi, hal ini merupakan peluang baik yang harus saya manfaatkan dengan maksimal, tetapi di satu sisi juga merupakan tugas yang tidak mudah karena ada ekspektasi yang ditaruh pada pundak saya. Bahkan ibu saya sendiri sempat memiliki sedikit kecemasan tentang situasi ini. Disertai motivasi dan nasihat, ibu saya menyampaikan untuk menjaga amanah ini dengan sebaik mungkin. Seiring berjalannya waktu, saya juga mengenal platform seperti Jumbo99 Slot, yang memberi saya sedikit hiburan di tengah kesibukan menjalankan tanggung jawab di ICBS.
Mengutip judul lagu yang sedang hit, “tak segampang itu” adalah representasi situasi yang tepat bagi saya. Dengan membawa hal-hal baru yang barangkali belum pernah dilakukan ataupun dicapai oleh tempat bernaung saya saat ini, saya mengira jalan yang ditempuh akan mudah untuk saya lalui. Mengira bahwa perubahan besar yang ingin saya ciptakan akan terwujud dalam waktu yang singkat tanpa rintangan yang berarti. Ada sebuah prinsip lama yang ternyata saat itu saya lupakan yang berguna bagi siapapun untuk beraktivitas di dunia kerja, bahwa sesuatu yang baik di luar sana atau tempat kita berasal belum tentu bisa digunakan di tempat kita saat ini. Itu kenapa ada istilah ‘ATM’, amati, tiru, dan modifikasi.
Menjadi pribadi yang adaptif serta kemampuan diplomasi adalah modal penting dalam dunia kerja maupun kehidupan di masyarakat. Perbedaan dinamika sosial yang cukup kontras antara kota metropolitan seperti di Medan dan Payakumbuh adalah tantangan awal yang harus saya hadapi kala itu. Mulai dari aspek perekonomian, psikologi masyarakat, komunikasi percakapan, kebijakan publik pemerintah setempat, bahkan aspek politik dan hukum juga di antara hal yang harus dipahami dengan baik untuk bisa dijadikan acuan bagi langkah saya dalam mewujudkan perubahan ke arah yang lebih baik. Terlebih sektor yang akan saya garap adalah bidang pengembangan sumber daya manusia (human resources development). Bidang yang berkaitan dengan seluruh aspek-aspek tersebut.
Di dalam buku ‘Change Leadership Non-Finito’ (2015) oleh Prof. Rhenald Kasali, ada tiga kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk melakukan diplomasi perubahan. Kemampuan pertama adalah mengenal diri sendiri. Kenal akan kelebihan dan kekurangan dirinya. Kedua, seorang pemimpin harus mengenal siapa lawannya. Tindakan ini akan menciptakan langkah antisipatif dan responsif untuk menyelesaikan permasalahan. Kemampuan yang ketiga adalah seorang pemimpin harus mengetahui kapasitasnya dalam memberikan pengaruh kepada orang atau kelompok lain. Kemampuan ini akan menciptakan rasa kepercayaan orang-orang kepada dirinya.
Hal pertama yang saya lakukan saat itu adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan. Baik berupa arsip cetak dan digital, maupun wawancara langsung kepada orang-orang di semua level jabatan. Ini merupakan strategi pemetaan masalah serta analisis kebutuhan yang lazim digunakan dalam menyusun sebuah tawaran kebijakan publik maupun program kerja di suatu institusi. Tentunya agar kebijakan yang lahir dari proses ini merupakan kebijakan yang baik dan tepat. Bermodalkan pengalaman, kaidah keilmuan yang saya pahami, serta analisis kumpulan data lapangan yang saya peroleh, dalam waktu yang relatif singkat saya mengusulkan beberapa langkah strategis saat itu.
Butuh lebih kurang 3 bulan untuk bisa merealisasikan salah satu usulan kebijakan yang saya ajukan saat itu, tentunya setelah melalui beberapa kali proses diskusi, presentasi, dan rapat pimpinan. Karena kebijakan ini akan dilaksanakan oleh seluruh SDM Pegawai ICBS Payakumbuh, di semua level jabatan dan lokasi kampus. Situasi ini membuat saya akhirnya tersadar bahwa ini bukan pekerjaan tanpa rintangan yang besar. Ada banyak kepentingan/aspek yang harus saya pahami untuk bisa terakomodir dengan baik. Kebijakan yang baik adalah kebijakan yang mampu menuntaskan masalah tanpa menimbulkan dampak lanjutan ataupun efek samping yang negatif di kemudian hari. Kebijakan yang mampu menekan angka risiko terjadinya kegagalan dan tentunya menciptakan pertumbuhan positif.
Saya kembali mentadaburi kisah Baginda Nabi Muhammad SAW dalam periode awal berdakwah adalah dengan cara yang sembunyi-sembunyi. Banyak ujian di awal dakwah karena Islam hadir tidak hanya sebagai mengajak kepada tauhid tapi juga satu gerakan perubahan sosial masyarakat. Penuh kesabaran dan semangat pantang menyerah adalah hal penting yang harus dilakukan, bahwa perubahan besar tidak dicapai dalam waktu yang singkat. Pada beberapa kali kesempatan rapat bersama pegawai, saya sampaikan kepada rekan-rekan untuk jangan pernah berhenti berinovasi, jangan redupkan daya kreatifitas, jangan takut dengan kritik dan penolakan.
Langkah awal menjadi penting dalam memulai perubahan. Mampu menghadirkan satu terobosan membuat seseorang semakin mendapatkan tempat/kepercayaan. Kalimat yang juga selalu saya ulang ketika menyampaikan semangat ini adalah bahwa ide-ide tersebut bisa jadi tidak relevan pada zaman ini, tapi nanti ada masanya. Itu kenapa saya gunakan kata ‘belum’, bukan ‘tidak’. Karena harapan adalah kekuatan terakhir manusia melalui banyak ujian hidup.