Ceritakan Keindahan Rasulullah Pada Semua
Jabir bin Samurah berkata, “Aku pernah melihat beliau pada suatu malam yang cerah tanpa ada mendung. Aku memandangi Rasulullah SAW lalu berganti memandangi rembulan. Menurut penglihatanku beliau lebih indah daripada rembulan”.
Dialah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim. Manusia agung pilihan Allah SWT, yang pada beliau diturunkan kesempurnaan agama Allah SWT di muka bumi. Siapa manusia yang hari ini disematkan sebagai sosok yang paling tampan, kuat dan hebat, tak sedikit pun mampu menyainginya.
Mari kita dengar cerita para sahabat yang mencintai beliau. Al-Barra’ berkata, “Beliau adalah orang yang paling tampan wajahnya dan paling bagus akhlaknya”. Ia pernah ditanya, “Apakah wajah beliau seperti pedang?”, Dia menjawab, “Tidak, tetapi wajah beliau bulat seperti rembulan”.
Ummu Ma’bad Al-Khuza’iyyah pernah bercerita tentang gambaran diri Rasulullah SAW, ia berkata, “Beliau sangat bersih, wajahnya berseri-seri, bagus perawakannya, di matanya ada warna hitam, bulu matanya panjang, lehernya jenjang, matanya jelita memakai celak mata, alisnya tipis, memanjang dan bersambung, rambutnya hitam. Jika diam dia tampak berwibawa, jika berbicara dia tampak menarik, beliau adalah orang yang paling elok dan menawan dilihat dari kejauhan, bagus dan manis setelah mendekat, bicaranya manis dan rinci, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak, bicaranya seakan-akan marjan yang tertata rapi dan landai. Paling bagus tampilannya, mempunyai rekan-rekan yang menghormatinya. Jika beliau berbicara maka mereka menyimak perkataannya, jika beliau memberikan perintah maka mereka bersegera melaksanakannya”.
Abu Thufail menambahkan, “Kulitnya putih, wajahnya berseri-seri dan perawakannya sedang (tidak gemuk dan tidak kurus, tidak tinggi dan tidak pendek)”. Ali bin Abu Thalib juga berkata, “Jika beliau berjalan seakan-akan sedang berjalan di jalanan yang menurun, jika menoleh seluruh badannya ikut menoleh, di antara kedua bahunya ada cap nubuwwah, telapak tangannya yang terbagus, dadanya yang paling bidang, yang paling jujur bicaranya, yang paling memenuhi perlindungan, yang paling lembut perangainya, yang paling mulia pergaulannya, siapapun yang tiba-tiba memandangnya tentu segan kepadanya, siapa yang bergaul dengannya tentu akan mencintainya”.
Anas berkata, “Aku tidak pernah menyentuh kain sutra yang lebih halus daripada telapak tangan Rasulullah SAW. Aku tidak pernah mencium suatu aroma, minyak kesturi dan bau apapun yang lebih harum daripada aroma Rasulullah SAW”. Jabir berkata, “Beliau tidak melewati suatu jalan lalu seseorang membuntutinya, melainkan dia bisa mengetahui bahwa beliau telah lewat, dari keharuman bau keringatnya”.
‘Aisyah berkata, “Beliau biasa menambal terompahnya, menjahit bajunya, melakukan pekerjaan dengan tangannya sendiri, seperti yang dilakukan oleh salah seorang di antara kalian di dalam rumahnya. Beliau sama dengan orang lain, mencuci pakaiannya sendiri, memerah susu dombanya dan menyelesaikan urusannya sendiri”.
Jika sebelumnya kita mencoba mengetahui sedikit mengenai ciri-ciri fisik beliau, kita akan kian terpesona bila menghimpun pengetahuan mengenai kebagusan akhlak beliau. Rasulullah SAW adalah gudangnya sifat-sifat kesempurnaan yang sulit dicari bandingannya. Allah SWT telah memuji beliau, “Wa innaka la’ala khuluqin ‘azhiim”. “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS. Al-Qalam: 4)
Sebelum nubuwwah beliau sudah dijuluki Al-Amin (orang yang terpercaya). Pada masa jahiliyyah beliau juga ditunjuk sebagai orang yang berwenang mengambil keputusan. Musuh pun tak mengelak untuk mengakui keindahan sosok beliau. Abu Jahal pernah berkata kepada beliau, “Kami tidak mendustakan dirimu, tetapi kami mendustakan apa yang engkau bawa”. Heraklius kaisar Romawi pernah bertanya kepada Abu Sufyan, “Apakah kalian menuduhnya dusta sebelum dia mengatakan apa yang hendak dia katakan?”. Abu Sufyan menjawab, “Tidak”.
Dalam sebuah perjalanan, beliau memerintahkan untuk menyembelih seekor domba. Seseorang berkata, “akulah yang akan menyembelihnya”. Orang lain berkata, “akulah yang akan mengulitinya”. Orang yang lain lagi berkata, “akulah yang akan memasaknya”. Lalu beliau bersabda, “akulah yang akan mengumpulkan kayu bakarnya”. Mereka berkata, “kami saja sudah cukup untuk melakukan itu”. Beliau bersabda, “aku sudah tahu kalian tidak perlu tenagaku. Tetapi aku tidak suka berbeda dari kalian. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai hambaNya yang berbeda di tengah-tengah rekannya”. Setelah itu beliau bangkit lalu mengumpulkan kayu bakar”.
Beliau pemberani. Anas berkata, “Suatu malam penduduk Madinah dikejutkan oleh suara asing. Lalu orang-orang bergegas menuju ke sumber suara tersebut. Mereka bertemu Rasulullah SAW yang sudah kembali dari sumber suara tersebut. Beliau lebih dahulu datang ke sana daripada mereka, di leher beliau ada pedang, beliau bersabda, “Kalian tidak usah gentar!”.
Rasulullah SAW adalah orang yang paling malu dan suka menundukkan pandangan, lebih banyak memandang ke arah tanah daripada ke arah langit. Abu Said Al-Khudri berkata, “Beliau adalah orang yang lebih pemalu daripada gadis di tempat pingitannya. Jika tidak menyukai sesuatu, maka bisa diketahui dari raut mukanya”.
Hindun bin Abu Halah menggambarkan sifat-sifat Rasulullah SAW, “Rasulullah SAW seperti tampak berduka, terus menerus berpikir, tidak punya waktu untuk istirahat, tidak bicara jika tidak perlu, lebih banyak diam, memulai dan mengakhiri perkataan dengan seluruh bagian mulutnya dan tidak dengan ujung-ujungnya saja. Beliau berbicara dengan kata-kata yang luas maknanya, tegas tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, dengan nada yang sedang-sedang saja, tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan, mengagungkan nikmat sekecil apapun, tidak mencela sesuatu, tidak terpancing untuk cepat-cepat marah jika ada sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran, tidak marah untuk kepentingan dirinya dan lapang dada. Beliau memberi isyarat dengan seluruh telapak tangannya, beliau dapat membalik kekagumannya, beliau berpaling jika sedang marah, beliau menundukkan pandangan matanya jika sedang gembira. Tawanya hanya dengan senyuman. Beliau menahan lidahnya kecuali untuk hal-hal yang dibutuhkan. Beliau mempersatukan para sahabat tidak memecah belahnya. Beliau menghormati pemimpin suatu kaum dan memberikan kekuasaan padanya atas kaumnya itu. Beliau mengatakan bagus apa yang bagus dan membenarkannya, mengatakan buruk apa yang buruk dan melemahkannya, sederhana, tidak bertindak aneh, tidak lalai karena takut yang lain akan lalai, tidak kikir terhadap kebenaran, tidak berlebih-lebihan pada orang lain, berbuat lemah lembut kepada orang yang paling baik. Orang yang paling baik di mata beliau adalah orang yang paling banyak nasihatnya dan orang yang paling besar kedudukannya di mata beliau adalah orang yang paling baik perhatian dan pertolongannya”.
Sifat-sifat tersebut hanya sebagian kecil yang bisa diungkapkan dari diri beliau. Hakikatnya keindahan beliau adalah sesuatu yang tidak bisa diketahui secara persis. Semoga tidak ada lagi sosok yang lain menjadi rujukan kita selain beliau. Dari mulai beliau bangun dari tidur, menempuh perguliran waktu, hingga beliau beranjak tidur kembali. Siapapun kita dan di era apapun kita hidup saat ini, mari kita mencintai dan meniru kepada Rasulullah SAW ^^
Sumber: Sirah Nabawiyah karangan Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury.