Jadilah Hamba Tuhan, Bukan Hamba Ramadhan
Ramadhan merupakan bulan yang mulia dalam Islam dan merupakan salah satu bulan yang istimewa bagi kaum muslimin. Karena memiliki kemuliaan yang tinggi, bulan ini mendapat gelar khusus Sayyid asy-Syuhur, yaitu raja nya para bulan. Bulan Ramadhan juga memiliki berbagai macam keutamaan sehingga kehadirannya selalu dinanti dengan hati riang.
Bulan Ramadhan adalah bulan di mana Allah Ta’ala menurunkan Al-Qur’an yang menjadi pedoman hidup umat Islam. Pada bulan ini setan-setan diikat, pintu-pintu neraka ditutup rapat, pintu-pintu surga dibuka lebar, serta dilipatgandakannya pahala amal. Pada bulan ini pula Allah Ta’ala melimpahkan rahmat, syafaat, dan ampunan-Nya. Tidaklah seorang muslim berdoa di bulan ini melainkan Allah akan mengabulkan doanya. Karena umat Islam diwajibkan berpuasa di bulan ini, dan Allah tidak akan menolak doa orang yang berpuasa.
Dengan sederet keutamaan bulan Ramadhan, maka tidak heranlah jika di bulan ini umat Islam berlomba-lomba dalam melakukan berbagai macam amal baik. Mereka tidak alpa sedikit pun dari menjaga ibadah, menjaga perilaku, menjaga langkah, hati, lidah, pikiran, dan hawa nafsu. Adanya satu malam spesial di bulan Ramadhan juga menambah kesemangatan umat Islam dalam beribadah. Satu malam yang lebih baik dari seribu bulan ini membuat umat Islam rela begadang sampai tengah malam bahkan hingga sahur hanya untuk beribadah, berzikir, membaca Al-Qur’an, hingga sholat malam. Malam spesial itu adalah malam Lailatul Qadar. Kesemangatan dalam beribadah seperti ini sangat sulit ditemukan di luar bulan Ramadhan.
Sayangnya, kesemangatan umat Islam dalam beribadah akan berubah setelah bulan Ramadhan berpindah. Saat Ramadhan datang mereka sibuk dengan berbagai ibadah, sehingga waktu 24 jam dalam sehari terasa kurang. Namun saat Ramadhan pulang, mereka meninggalkan ibadah-ibadah yang mereka lakukan siang dan malam. Seolah-olah waktu yang dihabiskan untuk berdua-duaan dengan Allah dalam setiap tadarrus dan shalat malam telah habis. Saat Ramadhan telah selesai, mereka kembali kepada kebiasaan lama dan memenuhi hasrat hawa nafsu yang telah lama dirantai. Begitulah kondisi para hamba-hamba Ramadhan.
Ulama salaf memberikan sindiran keras khusus untuk orang yang hanya beribadah di bulan Ramadhan. Namun saat Ramadhan usai, ibadah pun selesai. Mereka memberikan ungkapan:
بئس القوم لا يعرفون الله إلا في رمضان
“Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal Allah, kecuali di bulan Ramadhan.”
Mengapa orang demikian disebut sebagai seburuk-buruk kaum? Karena mereka beribadah kepada Allah tetapi patokannya hanya Ramadhan, ukurannya hanya bulan-bulan haram, hanya hari-hari besar Islam. Sedangkan di luar waktu tersebut, mereka beribadah ala kadarnya atau bahkan berbanding terbalik dengan kesemangatan ibadah saat Ramadhan.
Ulama sering memberikan nasehat:
كن ربانيا ولا تكن رمضانيا
“Jadilah engkau hamba Allah Ta’ala, janganlah engkau menjadi hamba Ramadhan.”
Nasehat ini selaras dengan ayat Al-Qur’an yang menyatakan dengan jelas hikmah diwajibakannya puasa Ramadhan, yaitu untuk menjadi orang bertakwa.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ١٨٣
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 183)
Ayat ini menjadi bukti bahwa Ramadhan bukan tujuan, tapi titik loncatan untuk melangkah kedepan. Sengaja Allah berikan berbagai keutamaan, ampunan, pahala ibadah yang berlipat, rahmat, dan syafaat di dalamnya agar umat Islam bersemangat dalam beribadah dan bisa istiqomah menjaga kesemangatan ibadahnya untuk sebelas bulan kedepannya. Sengaja setan-setan dan iblis dibelenggu, agar umat Islam berlatih memperkuat iman, sehingga bisa selamat dari bisikan setan di luar bulan Ramadhan.
Barangsiapa yang menjadi hamba Ramadhan, maka sesungguhnya ia akan pergi. Barangsiapa yang menyembah Allah Yang Maha Rahman, maka sesungguhnya hanya Dia lah yang kekal abadi. Maka jadilah hamba Allah, Ibadurrahman yang monumental, beribadah di setiap waktu, ruang, dan kesempatan. Jangan pula menjadi hamba-hamba momentum, yang hanya beribadah pada momen-momen tertentu. Ramadhan bukanlah akhir dari rangkaian ibadah, namun ia adalah titik tolak untuk melangkah, agar umat Islam tetap istiqomah dalam beribadah, menjadi hamba yang bertakwa pada Allah.