Kesan Tahun Ajaran Baru bagi Santri Baru di ICBS
Tahun ajaran baru di Insan Cendekia Boarding School (ICBS) selalu menjadi momen yang dinanti sekaligus mendebarkan bagi para santri baru. Sebagai salah satu pesantren modern berprestasi di Indonesia, ICBS telah lama menjadi pilihan utama bagi para orang tua yang menginginkan pendidikan berkualitas dengan pendekatan islami bagi anak-anak mereka. Namun, bagi para santri baru, transisi dari kehidupan sehari-hari di rumah menuju kehidupan di asrama dengan segala aturan dan tanggung jawabnya merupakan pengalaman yang penuh tantangan dan memberi kesan tersendiri.
Pekan pertama di ICBS sering kali menjadi saat yang penuh dengan perasaan campur aduk bagi para santri baru. Mereka tidak hanya harus beradaptasi dengan lingkungan baru, tetapi juga dengan berbagai aturan dan jadwal yang ketat. Bagi sebagian santri, ini adalah kali pertama mereka tinggal jauh dari keluarga dalam waktu yang cukup lama, yang menyebabkan munculnya perasaan gugup dan cemas. Namun, di sisi lain, perasaan bersemangat untuk memulai perjalanan baru juga sangat terasa.
Bagi Ahmad salah satu santri baru kelas 10 SMA dan teman-teman seangkatannya, pekan pertama di ICBS adalah masa adaptasi. Jadwal yang ketat membuat mereka harus belajar membagi waktu antara belajar, ibadah, dan kegiatan lainnya. “Awalnya ana agak kaget ustadz, karena semua diatur dari pagi sampai malam. Tapi lama-lama jadi terbiasa ustadz,” tambah Ahmad sambil tersenyum. Kehidupan di ICBS memang dikenal dengan jadwal yang padat dan penerapan disiplin yang ketat. Setiap santri dituntut untuk mandiri, bertanggung jawab atas kebersihan diri dan lingkungan, serta patuh terhadap aturan yang berlaku. Disiplin ini diterapkan tidak hanya untuk mengatur kehidupan di asrama, tetapi juga untuk membentuk karakter yang kuat dan kebiasaan baik yang diharapkan akan tertanam dalam diri santri hingga dewasa.
Humairah, yang juga salah satu santri baru, merasa ini semua adalah tantangan yang seru. “Awalnya, ana pikir nggak mungkin bisa bangun sepagi itu setiap hari, Apalagi harus disiplin dan konsisten” ujarnya. “Tapi ternyata, dengan kebiasaan dan dukungan teman-teman serta peran pembina kami yang pengertian. Jadinya ana merasa lebih mandiri dan lebih percaya diri dengan apa yang ana lakukan.”Meskipun penerapan disiplin di ICBS sangat ketat, sekolah ini juga dikenal sebagai tempat yang penuh dengan kehangatan dan motivasi. Para santri tidak hanya didukung oleh kakak-kakak kelas dan ustadz/ustadzah, tetapi juga oleh seluruh civitas akademika sekolah. Program orientasi yang dirancang khusus untuk santri baru dilakukan dengan tujuan agar mereka dapat beradaptasi dengan lebih mudah dan merasa diterima di lingkungan yang baru.
Selama pekan orientasi, para kakak kelas mengambil peran penting dalam membantu santri baru memahami aturan dan kebiasaan yang ada di ICBS. Mereka dengan sabar memberikan penjelasan dan panduan, serta selalu siap menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Hal ini sangat membantu mengurangi perasaan cemas dan rindu rumah yang biasanya dirasakan oleh santri baru.Meskipun tantangan di ICBS cukup besar, para santri baru merasa terbantu dengan adanya dukungan dari kakak kelas dan para ustad/ustadzah. “Kakak-kakak kelas di sini baik-baik. Mereka nggak segan membantu kami, terutama saat minggu-minggu pertama,” ujar Ahmad. “Mereka ngajarin cara-cara ngatur waktu, juga tips biar nggak ketinggalan pelajaran.”
Selain itu, ustadz dan ustadzah juga selalu siap mendengarkan dan memberikan bimbingan. Humairah merasa terbantu dengan pendekatan ini. “Waktu ana merasa kangen rumah, ustadzah bilang kalau semua ini bagian dari proses jadi dewasa. Beliau bilang, kita nggak sendirian karena semua santri baru pasti merasakan hal yang sama,” ceritanya.
Setelah beberapa pekan berjalan, para santri baru mulai merasa lebih nyaman dengan rutinitas mereka di ICBS. Tantangan yang awalnya terlihat sulit mulai bisa diatasi satu per satu. “Sekarang ana mulai terbiasa dengan jadwal yang padat. Mungkin masih ada rasa rindu rumah, tapi ana juga mulai merasa bangga bisa mandiri,” kata Rizki.
Para santri baru pun mulai menatap ke depan dengan penuh harapan. Mereka ingin meraih prestasi, baik dalam akademik maupun kegiatan lainnya. “Ana ingin bisa jadi yang terbaik di kelas, tapi juga nggak mau ketinggalan ikut kegiatan ekstrakurikuler. Biar seimbang antara belajar dan main,” kata Humairah dengan penuh semangat.
Para santri juga belajar untuk menghargai nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong yang diajarkan di ICBS. Mereka diajarkan untuk saling membantu dan mendukung satu sama lain, sehingga tercipta lingkungan yang harmonis dan kondusif untuk belajar. Nilai-nilai ini diharapkan dapat tertanam dalam diri santri dan menjadi bekal yang berharga dalam kehidupan mereka di masa depan.
Meskipun santri baru di ICBS dituntut untuk mandiri, peran keluarga tetap sangat penting dalam mendukung kesuksesan mereka. Orang tua diharapkan untuk terus memberikan dukungan moral dan spiritual, serta menjaga komunikasi yang baik dengan anak-anak mereka. Hal ini penting agar santri tidak merasa kehilangan dukungan dari keluarga meskipun mereka tinggal jauh dari rumah.
Dengan berbagai kesan dan pengalaman baru yang mereka dapatkan, para santri baru di ICBS memulai perjalanan pendidikan mereka dengan penuh harapan dan cita-cita yang besar. Tahun ajaran baru ini bukan hanya sekadar awal dari pembelajaran akademik, tetapi juga awal dari pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai kehidupan yang akan mereka bawa hingga dewasa. ICBS bukanhanya tempat untuk belajar, tetapi juga tempat untuk tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang cerdas, islami, mandiri, dan berprestasi.
Melalui disiplin yang ketat, dukungan dari jajaran sekolah, serta peran aktif dari keluarga, ICBS berkomitmen untuk membentuk santri yang tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan akhlak yang mulia. Dengan demikian, diharapkan para santri ICBS dapat menjadi pemimpin masa depan yang berkontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa yang Cerdas, Islami, Mandiri, dan Berprestasi.