Meneladani Semangat Menuntut Ilmu dari Imam An Nawawi
Siapa yang tidak mengenal Imam Nawawi. Seorang imam yang keilmuan dan integritasnya sudah diakui di penjuru Timur hingga Barat. Hafal ribuan hadis dan kitab-kitabnya banyak dijadikan rujukan umat Islam di seluruh dunia. Beliau adalah Yahya bin Syaraf bin Murry bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam An-Nawawi.
Imam An Nawawi lahir di Nawa pada bulan Muharram tahun 631 H. Kecintaannya terhadap ilmu sudah terlihat di usia belia. Ayahnya mengantarkan Imam An Nawawi ke sekolah tempat anak-anak belajar. Beliau mengikuti pelajaran dengan baik dan tidak mau menyia-nyiakan waktunya. Ketika teman-teman seusianya masih asik bermain, Imam An-Nawawi malah sibuk menghafal Al-Qur’an. Suatu ketika teman-temannya memaksa beliau untuk bermain, beliau sampai menangis karena tidak mau meninggalkan Al-Qur’an.
Pada tahun 649 H, ketika beliau menginjak usia 18 tahun beliau melakukan perjalanan intelektualnya ke Damaskus. Sudah menjadi kebiasaan pada zaman itu jika ingin menuntut suatu ilmu, maka harus melakukan perjalanan jauh bahkan menghabiskan waktu berhari-hari. Imam An Nawawi belajar di Madrasah Rawahiyah. Di sana beliau mampu menghafal kitab At-Tanbih dalam waktu empat setengah bulan. Beliau sangat bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu. Setiap hari beliau menghadiri 12 halaqah ilmu. Beliau belajar ilmu hadis, fikih, akidah, bahasa, nahwu, ilmu tasrif dan ilmu lainnya.
Hari-harinya dipenuhi dengan menuntut ilmu dari banyak guru. Beliau mempelajari kitab Al-Muwatta’, Al-Kutub As-Sittah, Al-Musnad dan banyak kitab lainnya. Imam An Nawawi mempelajari usul fikih dari Al-Qadhi At-Tafsili. Beliau memberikan syarah hadis atas bimbingan Al-Muhaddis Abu Ishaq Ibrahim bin Isa Al- Maradi. Diantara guru-guru beliau adalah Syaikh Ahmad Al-Misri, Ar- Radhi bin Ad-Dihan, Zainuddin Khalid bin Yusuf, Al-Kamal Ishaq Al-Maghribi, Izzuddin Umar bin Sa’ad Al-Irbili dan lainnya.
Setiap hari Imam An Nawawi menyibukkan diri dengan belajar, menulis kitab, mengajarkan ilmu dan beribadah. Beliau menghabiskan waktunya siang malam untuk belajar bahkan ketika beliau dalam perjalanan sekalipun. Tidak mengherankan jika beliau menguasai berbagai khazanah keilmuan. Beliau juga tegas dalam membela kebenaran sehingga beliau digelari Muhyiddin ( orang yang menghidupkan agama ) namun beliau tidak menyukai gelar itu karena ke tawadhu’ an nya.
Selain dikenal dengan keilmuannya, Imam An Nawawi juga dikenal dengan sifat zuhud dan wara’. Imam Zahabi pernah mengatakan bahwa beliau bukanlah orang yang suka berlebih-lebihan. Beliau gemar berpuasa dan bajunya dipenuhi dengan tambalan. Beliau hanya makan sekali dalam sehari dan rela tinggal di pondok siswa. Beliau biasanya hanya memakan roti Al Ka’k dan buah zaitun yang dikirimkan ayahnya. Pernah suatu ketika salah seorang muridnya memberikan saran terkait makan dan pakaian beliau. Imam An Nawawi menjawab “ aku khawatir badanku akan menceburkan dan menarikku untuk tidur”. Begitu beliau menjaga dirinya dari banyak makan agar tidak lalai dalam beribadah dan menuntut ilmu.
Pengarang Riyadhus Sholihin ini membujang sampai akhir hayatnya. Imam An Nawawi meninggal pada tanggal 24 Rajab tahun 676 H dalam usia 45 tahun. Beliau dimakamkan di Nawa dan mewariskan banyak kitab yang sangat berharga. Diantara karya-karya beliau yang masyhur adalah Riyadh Ash Shalihin, Al Arbain An Nawawiah, Raudhah Ath Thalibin, Al-Minhaj dan banyak kitab lainnya. Diriwayatkan bahwa beliau mengarang lebih dari lima puluh kitab. Beliau juga mempunyai banyak murid yang terdiri dari para ulama, tokoh dan pemimpin.
Berkat semangat, perjuangan dan pengorbanan beliau kita bisa menikmati karya-karyanya hingga hari ini. Semangat inilah yang tampaknya harus ditularkan kepada generasi Islam hari ini. Khususnya untuk kita para penuntut dan pengajar ilmu. Kita diberikan kemudahan dalam mengakses ilmu pengetahuan dimana saja dan kapan saja. Seharusnya hal tersebut lebih memotivasi kita agar lebih giat dalam menuntut ilmu. Semoga kisah perjalanan intelektual Imam An Nawawi ini dapat menjadi inspirasi dan menumbuhkan semangat kita untuk mengarungi samudra ilmu yang tiada batas. Wallahu A’lam Bishawab….
Referensi :
- Al ‘Ulama Al ‘Uzzab alladzina Atsaru Al ‘Ilma ‘Ala Az Zawaj karya Abdul Fattah Abu Ghuddah diterjemahkan oleh Yayan Musthofa.
- 60 Biografi Ulama Salaf karya Syaikh Ahmad Farid
- Biografi Imam Nawawi dan terjemah muqaddimah al mahalli Karya Abi Fakhrur Razi