Kisah Perjuangan Panjang Ustaz Okta Veldi, Bimbing Tim MFQ Sumbar Hingga Raih Emas Perdana Tingkat Nasional
Kesuksesan Tim Musabaqah Fahmil Quran (MFQ) Sumbar meraih emas perdana pada tingkat nasional menjadi perbincangan banyak pihak. Ucapan selamat dan salam takzim terus mengalir. Tapi siapa sangka, keberhasilan itu ternyata menyimpan kisah perjuangan panjang bahkan sempat diremehkan pada awalnya. Sebagaimana penuturan dari Pembimbing Tim MFQ Sumbar, Ustaz Okta Veldi yang juga Wakil Pimpinan ICBS Payakumbuh didampingi Ustaz Syukri Mauludi.
“2013 merupakan tahun pertama bagi santri ICBS merasakan hawa MTQ, diawali dengan mengikuti seleksi peserta di tingkat Kecamatan, karena kami adalah pendatang baru di dunia MTQ. Saat diutarakan kami akan ikut seleksi MFQ, sejumlah bapak-bapak di kantor Kecamatan mengatakan susah itu ustaz. Sebab anak ustaz kan belum pengalaman, pelajaran di sekolah ustaz sepertinya kurang nyambung dengan materi-materi MFQ yang berat ini. Kami mencoba tersenyum semanis mungkin, walau ada yang menyendat di kerongkongan,” ujar Ustaz Veldi.
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir itu tak patah arang. Bertekad maju terus dan membuahkan hasil, enam santri yang dibawa, semuanya mampu mewakili dua kecamatan sekaligus pada ajang MTQ Tingkat Kota Payakumbuh. “Bangga dan bahagianya saat itu bisa membawa anak didik pertama kali ke kancah MTQ khusus cabang MFQ yang memang paling dinantikan penonton di setiap momen MTQ,” kenangnya.
Ustaz Veldi melanjutkan, MFQ di Sawahlunto merupakan debut perdana santri ICBS mengikuti MTQ tingkat provinsi. Siang malam anak-anak pun dipersiapkan. “Tiga santri binaan terbaik kami diberi amanah mewakili Kota Payakumbuh. Awalnya semua orang memandang tak yakin, sebab jenjang pendidikan peserta MFQ Provinsi ini masih sangat prematur, dua orang santri baru saja tamat kelas 9 SMP dan 1 orang baru duduk di kelas 8 SMP. Kami tetap berangkat sebagai ofisial Kota Payakumbuh,” tuturnya.
Sampai di penginapan, Usta Veldi langsung menyuruh para santri untuk terus belajar. Ia bertekad sebelum tampil harus berusaha semaksimal mungkin. Sampai ada bapak-bapak yang heran melihat anak-anak ini belajar terus.” Biarlah anak-anak ini istirahat lagi Ust. Jangan di paksakan kali belajarnya,” ujarnya kepada Ustaz Veldi.
Namun tutur Ustaz Veldi, sejak hari pertama di ICBS, mereka sudah terbiasa istirahat pada tiga waktu. Istirahat shalat dan makan, istirahat mandi, istirahat malam untuk tidur dan bangun kembali 03.30 WIB dini hari. “Di balik cara mendidik yang terkesan keras sebenarnya ada kedekatan yang terbina antara kami dengan anak-anak. Kedekatan bukan kedekatan biasa, tetapi menjadi kedekatan yang luar biasa. Tak pernah kami lewatkan moment makan sepiring bersama (bajamba) selama di penginapan, pergi shalat bareng, jalan bareng, bahkan tidurpun bersama mereka agar mudah mengajar dan membangunkan mereka tahajjud,” jelasnya.
Walau di MTQ di Sawahlunto, mereka kalah di semi final, Ustaz Veldi tetap memberi motivasi dan semangat kepada anak didiknya agar menjadi pengalaman berharga di masa akan datang. Dari tahun ke tahun, Ustaz Veldi menegaskan bahwa impiannya tetap tak berubah.”Sedari awal kami sudah pasang cita-cita dan impian tertinggi, menjadi yang terbaik dan membanggakan nama ICBS dan Sumatera Barat di pentas nasional,” ucapnya.
Perlu langkah yang tepat untuk mewujudkan cita-cita besar ini. Pengalaman di Sawahlunto betul-betul pelajaran dan bekal yang sangat berharga. Tak bisa berharap menang kalau hanya mengandalkan hafalan soal, melainkan ilmu harus terus ditambah. Tak hanya sekedar cepat memencet bel tetapi ada taktik yangg perlu di rumuskan. “Hampir mirip lah dengan taktik bola tiki-taka atau formasi 442 maupun 443,” ucap Ustaz Veldi yang juga hobi futsal itu.
Menurutnya, tak hanya sekedar belajar di kelas, tapi ada ilmu lapangan, menanamkan ihtirom kepada guru, belajar adab kepada kepada guru sebelum mengambil ilmu darinya, dan banyak hal lainnya. Selain di sekolah, ada banyak momen lain yang membuat mereka semakin matang. Tak jarang para santri pergi menemani Ustaz Veldi mengisi kajian ke masjid-masjid, walaupun hanya membawakan kitab, sampai akhirnya mereka mampu menggantikannya mengisi kajian di berbagai masjid.
Dalam hal tahfiz, Ustaz Veldi bahka tak segan untuk memberikan iqab (sanksi) bagi santri yang tak memenuhi target hafalan. Ssampai akhirnya anak-anak didiknya itu di minta menjadi Imam Masjid setiap Ramadhan baik itu Tarawih maupun Iktikaf. “Inilah yang kami lakukan terhadap anak-anak bertahun-tahun lamanya,” katanya.
Pembinaan yang dilakukan tak mengkhianati hasil. Bak kaji manurun, puzzle-puzzle kemenangan mulai kelihatan. Santri ICBS berhasil wakili Sumbar di MTQ Nasional 2018 di Kota Medan. Meski kalah di semi final, kesempatan tersebut merupakan momen pertama tingkat nasional bagi santri untuk pembuktian menjadi yang terbaik.
“Sekarang. Alhamdulilah puzzle perjuangan panjang itu sudah sempurna. Potongan terakhirnya telah ditemukan. 19 November 2020. Tanggal ini menjadi momen menemukan satu potongan puzzle terakhir untuk dipasangkan. Mungkin banyak orang begitu bahagia dengan momen ini. Tapi bagi kami ini adalah potongan puzzle terakhir diantara potongan-potongan lain yang sudah tersusun. Potongan terakhir ini tak akan bernilai tanpa potongan-potongan lainnya. Dan puzzle ini tak akan sempurna untuk menjadi sebuah gambar cita-cita tanpa potongan terakhir ini. Alhamdulillah.. Sungguh semua sanjung dan puji hanya berhak untuk Allâh Yang Maha Sempurna,” pungkas Ustaz Veldi.